PAPER
BUDIDAYA IKAN Clarias gariepinus
OLEH
:
ARISA TRINOVIRA BARUS
1604115508
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
DOSEN :
Ir. RUSLIADI,
M.Si
LABORATORIUM
BIOLOGI PERAIRAN
FAKULTAS
PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKAN BARU
2017

1.1.
Latar Belakang
Ikan Lele merupakan keluarga
cat fish, yang termasuk dalam jenis ini diantaranya yaitu lele lokal, lele
dumbo, lele sangkuriang dan lele phyton. Lele banyak terdapat di perairan umum
seperti sungai, rawa, waduk, dan genangan air lainnya. Bentuk tubuh lele adalah
gilig (silindris) memanjang, berkepala gepeng meruncing, dan di dekat mulutnya
ditumbuhi dengan 4 pasang kumis yang kaku memanjang. Kulit tubuh lele licin,
tidak bersisik, dan berwarna kehitaman.
Budidaya lele berkembang pesat
dikarenakan:
1. Dapat
dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar
tinggi,
2. Teknologi
budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat.
3. Pemasarannya
relatif mudah dan
4. Modal
usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Budidaya lele pada lahan kering
(lelaki) merupakan kegiatan budidaya ikan yang potensial untuk
dkembangkan di Kabupaten Sambas, karena teknologi budidaya ini dapat
dilakukan dengan memanfaatkan air terbatas dan menggunakan kolam
sederhana yang terbuat dari terpal.Kelebihan dari pembuatan kolam dari terpal
antara lain tidak membutuhkan biaya yang mahal dan bahan-bahan pembuatannya
mudah diperoleh. Dengan telah dikenalnya teknologi budidaya lele pada lahan
kering (menggunakan kolam terpal), masyarakat dapat memulai usaha budidaya ikan
lele dengan modal yang tidak begitu besar, teknologi budidayanya sederhana dan
waktu pemeliharaannya relatif singkat.
1.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya wawancara ini yaitu sebagai
berikut:
1.
Untuk
mengetahui bagaimana membudidayakan ikan lele.
2.
Untuk
mengetahui besarnya keuntungan dari usaha pembesaran ikan lele.
3.
Untuk
mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam melakukan pembesaran ikan lele.
1.3. Metoda
Metoda
yang dilakukan yaitu terjun langsung ke lapangan dimana tempat pembudidayaan
lele sangkuriang tersebut yang beralamatkan jalan Perkasa gang Perkasa 7 dengan
nama usaha “Sinaga Kolam” yang di budidayakan oleh bapak Sofian Solafide
Sinaga.

Klasifikasi ikan lele sangkuriang
(Clarias gariepinus) menurut Kordi, (2010) adalah sebagai berikut :
Filum :
Chordata
Kelas :
Pisces
Subkelas :
Teleostei
Ordo :
Ostariophysi
Subordo :
Siluroidae
Famili :
Claridae
Genus :
Clarias
Spesies :
Clarias gariepinus

Gambar 2.1 Klasifikasi ikan lele
Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan
salah satu komoditas air tawar ekonomis penting dan sudah lama dibudidayakan,
serta cukup digemari masyarakat. Ikan lele yang sudah banyak dibudidayakan oleh
masyarakat adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Lele dumbo walaupun bukan
dari perairan Indonesia, namun telah merebut pamor ikan lele lokal karena
mempunyai keunggulan yang kompetatif (Prihartono et al., 2005).
Secara morfologi, ikan Lele memiliki
kulit tubuh yang licin, berlendir dan tidak bersisik. Jika terkena sinar
matahari warna tubuh lele berubah menjadi pucat dan jika terkejut warna
tubuhnya otomatis menjadi loreng seperti moziak hitam-putih. Mulut lebar,
memiliki 3 buah sirip tunggal, yakni sirip punggung, sirip ekor, dan sirip
dubur (Khairuman dan Khairul Amri, 2002).
Habitat atau lingkungan hidup lele
sangkuriang adalah air tawar, meskipun air
yang terbaik untuk memelihara lele sangkuriang adalah
air sungai, air saluran irigasi, air tanah dari mata air, maupun air sumur, tetapi
lele sangkuriang relatif tahan terhadap kondisi air yang menurut ukuran
kehidupan ikan dinilai kurang
baik. Lele sangkuriang juga dapat hidup dengan padat
penebaran tinggi maupun dalam kolam yang kadar oksigennya rendah, karena ikan
lele sangkuriangmempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut arborescent
yang memungkinkan lele sangkuriang mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernapasan
(Himawan, 2008).
Djoko (2006), faktor-faktor yang
berhubungan dengan lingkungan hidup ikan
senantiasa harus dijaga dan diperhatikan. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah: suhu berkisar antara 24 – 300C, pH 6,5 – 7,5,
oksigen terlarut 5 – 6 mg/l. Dengan kondisi perairan tersebut di atas ikan lele
dapat hidup dengan baik mengenai kepesatan tubuhnya maupun kemampuan dalam
menghasilkan benih ikan.
Ikan
lele Sangkuriang memiliki tubuh yang lebih panjang dibandingkan lele Dumbo
biasa. berwarna hitam, hitam keunguan, atau hitam kehijauan pada bagian punggung
dan putih kekuningan pada bagian perut serta bagian samping totol 9 totol. Lele
sangkuriang memiliki empat pasang sungut yang berfungsi penting sebagai alat
penciuman dan alat peraba. Hal ini merupakan ciri khas golongan catfish. dan
memiliki sirip dengan jumlah yang sama dengan sirip lele Dumbo pada umumnya,
terdiri dari tiga sirip tunggal dan dua sirip berpasangan (Warisno dan Dahana
2009).
Menurut Mahyudin (2008), ikan lele
Sangkuriang termasuk dalam golongan pemakan segala, tetapi cenderung pemakan
daging (karnivora). Ikan lele Sangkuriang merupakan jenis ikan yang memiliki
kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam (bottom feeder).
Ikan lele Sangkuriang seperti ikan
lele lainnya bersifat nokturnal, yaitu mempunyai kecenderungan beraktivitas dan
mencari makan pada malam hari tetapi dalam usaha budidaya akan beradaptasi
(diurnal). Pada siang hari lele lebih suka berdiam atau berlindung di bagian perairan
yang gelap. Pada kolam pemeliharaan, terutama pada budidaya intensif, lele
dapat dibiasakan diberi pakan pelet pada pagi hari atau siang hari, walaupun
nafsu makannya tetap lebih tinggi jika diberikan pada malam hari (Puslitbang
Perikanan 1992). Ikan lele Sangkuriang tahan hidup di perairan yang mengandung
sedikit oksigen dan relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik
(Mahyudin, 2008).
Menurut Khairuman (2002), kualitas air
yang layak untuk ikan lele Sangkuriang yaitu dengan suhu 20-27ÂșC, oksigen
terlarut (DO) kurang dari 2 ppm, kandungan karbon dioksida (CO2) lebih dari 15
ppm, kandungan NO2 sebesar 0,25 ppm, kandungan NO3 sebesar 250 ppm dan pH
sebesar 6,5-8.
Menurut Kordi (2010) bahwa ikan lele
sangkuriang termasuk ikan pemakan segala bahan makanan (omnivor), baik bahan
hewani maupun nabati. Pakan alami lele sangkuriang adalah binatang-binatang
renik, seperti kutu air dari kelompok Daphnia, Cladocera, atau Copepoda. Sementara
itu, lele sangkuriang juga memakan larva jentik nyamuk, serangga atau
siput-siput kecil. Meskipun demikian, jika telah dibudidayakan misalnya dipelihara
di kolam lele dapat memakan pakan buatan seperti pellet, limbah peternakan
ayam, dan limbah-limbah peternakan lainnya (Himawan, 2008).
Menurut Lukito (2002) bahwa pakan
buatan pabrik dalam bentuk pellet sangat digemari induk lele, tetapi harga
pellet relatif mahal sehingga penggunaannya harus diperhitungkan agar tidak
rugi. Lele sangkuriang dapat memakan segala macam makanan, tetapi pada dasarnya
bersifat karnivora (pemakan daging), maka pertumbuhannya akan lebih pesat bila
diberi pakan yang mengandung protein hewani dari pada diberi pakan dari bahan
nabati.
Usaha pembesaran lele sangkuriang
merupakan kegiatan lanjutan dari pembesaran benih ikan lele sangkuriang yang
bertujuan untuk menghasilkan lele konsumsi dengan ukuran 8-10 ekor per kg.
Kesuksesan pembesaran lele sangat tergantung pada kualitas benih. Mutu benih
yang rendah dapat mengakibatkan hasil panen yang tidak maksimal (Gunawan,2009).

4.1.
Hasil
Setelah
dilakukan wawancara terhadap pak Sofian maka di dapatkan hasil sebagai berikut
:
·
jenis wadah yang
digunakan untuk budidaya ikan lele adalah beton yang berukuran 2x3 berbentuk
persegi panjang dan kolam terpal yang berukuran 2x2 yang berbentuk persegi.
·
Sumber air yang
digunakan untuk budidaya nya adalah berasal dari sumur bor.
·
Jenis pengapuran
yang digunakan di dalam kolam yaitu batang pisang dicacah kemudian di diamkan
selama seminggu, banyak nya tergantung luas kolam.
·
Jenis benih yang di
budidayakan ialah lele sangkuriang yang berukuran 4-6 cm dengan jumlah 6000.
·
Jenis pakan yang
digunakan yaitu pelet 781-1, pelet 781-2, dan 781 polos, yang diberikan 2 kali
dalam sehari pada pagi dan malam hari dengan cara ditaburkan.
·
Diberikan probiotik
·
Penyakit yang
dialami lele tersebut adalah muculnya jamur pada tubuhnya.
·
Lama pemeliharaan
ikan sampai waktunya panen ialah 8-10 minggu dengan ukuran panen 15-20 cm,
produksi panen sekitar 735 kg dengan harga jual Rp 16.000 – Rp 18.000 per
kilogram, serta hasil panen dijual di kalangan masyarakat maupun kalangan toko.
·
Permasalahan yang
di hadapi yaitu kaibal dan masalah pada PH air.
4.2.
Pembahasan
Jenis wadah yang digunakan untuk budidaya ikan lele
sangkuriang adalah kolam beton yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2x3
dengan satuan cm dan kolam terpal yang berbentuk persegi dengan ukuran 2x2
dengan satuan cm. Dengan bersumberkan air dari sumur bor.
kapur yang digunakan setelah di bangunnya kolam tersebut
adalah batang pisang yang dicacah dan dimasukkan ke dalam kolam lalu di diamkan
sekitar seminggu untuk menghilangkan zat kimia yang terdapat pada semen
tersebut. Ini berlaku untuk wadah kolam tembok tetapi kalau pada wadah kolah
terpal, hanya di cuci saja.
Jenis benih yang di budidaya oleh pak Sofian adalah lele
sangkuriang yang panjangnya masih sekitar 4-6 cm sebanyak 6000 benih. Untuk
kolam benihnya, air kolam diisi dengan ketinggian 5-10 cm. Sebelum benih
dimasukkan, benih diletakkan dalam sebuah wadah lebih kurang 15 menit dengan
catatan air dalam wadah berasal dari kolam yang sudah di siapkan dengan tujuan
untuk penyesuaian benih ke air kolam/agar benih tidak stres. Setelah beberapa saat
benih sudah dapat menyesuaikan diri, maka benih di masukkan kedalam kolam dan
di puasakan dulu selama 24 jam.
Pakan
merupakan faktor yang memegang peranan sangat penting dan menentukan
keberhasilan usaha perikanan. Ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor
utama untuk menghasilkan produksi yang maksimal (Santoso & Agusmansyah,
2011). Jenis pakan yang digunakan oleh bapak Sofian adalah Pelet
781-1 untuk ikan yang panjangnya 4-6 cm, pelet 781-2 untuk ikan yang panjangnya
10-14 cm, serta pelet 781 polos untuk ikan standar panen atau yang panjangnya
> 15 cm dengan jumlah 1 kg pelet setiap sekali pemberian pakan terhadap
semua ikan yang diberikan sebaanyak 2 kali sehari dalam waktu pagi dan malam
hari dengan cara ditaburkan langsung ke dalam kolam. Dan menurut Lukito (2002)
bahwa pakan buatan pabrik dalam bentuk pelet sangat digemari induk lele, tetapi
harga pelet relatif mahal sehingga penggunaannya harus diperhitungkan agar
tidak rugi. Pakan buatan dapat berasal dari produksi pabrik, namun
dalam pemberiannya kepada ikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan ikan terutama ukuran pakan, kandungan
kebutuhan gizinya, dan disesuaikan ukuran dengan mulut ikan (Saparinto &
Susiana, 2013).
Selain
pakan, ikan juga diberi Probiotik yang dikombinasi dengan protein,
multivitamin, mineral dan ginseng yang efektif untuk budidaya ikan air tawar.
Adapun manfaat dari probiotik ini adalah meningkatkan nafsu makan dan memacu
pertumnuhan ikan, meningkatkan daya tahan tubuh ikan dari serangan virus dan
penyakit, menghemat pakan dan mempercepat masa panen.
Penyakit ikan menurut Sachlan
(1972) didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan
pada ikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan penyakit yang dialami oleh ikan yang dibudidaya ialah
jamur akan tetapi dapat diatasi oleh bapak tersebut dengan cara mengganti air
kemudian ditabur garam dapur kasar serta diblender daun pepaya, bawang putih,
buah mengkudu lalu disiram kedalam kolam yang ikannya berpenyakitan. Kemudian
ikannya di puasakan lagi selama 24 jam.
Lama pemeliharaan ikan sampai waktunya panen ialah 8-10
minggu dengan ukuran panen 15-20 cm, produksi panen sekitar 735 kg dengan harga
jual Rp 16.000 jika di jual kepada toko dan harga jual Rp 18.000 jika di jual
kepada kalangan masyarakat.
Adapun permasalahan yang dialami oleh pak Sofian adalah
kanibalisme pada ikan. Akan tetapi dapat diatasi oleh bapak tersebut dengan
cara rajin menyortir/mengelompokkan ikan tersebut sesuai dengan ukurannya
masing-masing. Masalah kedua yaitu pada pH air , kerap pH air di bawah standar.
Keasaman atau pH yang baik bagi lele sangkuriang adalah 6,5 – 9, pH yang kurang
dari 5 sangat buruk bagi lele sangkuriang, karena bisa menyebabkan penggumpalan
lendir pada insang, 12 sedangkan pH 9 ke
atas akan menyebabkan berkurangnya nafsu makan lele sangkuriang (Himawan,
2008). Akan tetapi masalah pH ini juga sudah dapat diatasi oleh pak Sofian
dengan cara memasak gula merah/mencairkan nya hingga mendidih kemudian
didinginkan dahulu, setelah dingin makan air gula merah tersebut di siram
kedalam kolam. Selanjutnya ikan di puasakan selama 24 jam.
Lampiran
Dokumentasi
Wadah Kolam beton Wadah
kolam terpal
Sumber
air kolam Ikan
siap panen
Pengukuran ikan siap panen probiotik
yang diberikan
Proses wawancara pemberian pakan
Foto
bersama pemilik kolam budidaya pak Sofian Solafide Sinaga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar