Minggu, 18 November 2018

laporan wawancara dasar dasar akuakultur


PAPER BUDIDAYA IKAN Clarias gariepinus

OLEH :
ARISA TRINOVIRA BARUS
1604115508
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


DOSEN :
Ir. RUSLIADI, M.Si





 
















LABORATORIUM BIOLOGI PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKAN BARU
2017











                                                   I. PENDAHULUAN       
1.1. Latar Belakang
Ikan Lele merupakan  keluarga cat fish, yang termasuk dalam jenis ini diantaranya yaitu lele lokal, lele dumbo, lele sangkuriang dan lele phyton. Lele banyak terdapat di perairan umum seperti sungai, rawa, waduk, dan genangan air lainnya. Bentuk tubuh lele adalah gilig (silindris) memanjang, berkepala gepeng meruncing, dan di dekat mulutnya ditumbuhi dengan 4 pasang kumis yang kaku memanjang. Kulit tubuh lele licin, tidak bersisik, dan berwarna kehitaman.
Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan:
1.      Dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat  tebar tinggi,
2.      Teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat.
3.       Pemasarannya relatif mudah dan
4.       Modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Budidaya lele pada lahan kering (lelaki) merupakan kegiatan budidaya ikan  yang potensial untuk dkembangkan di Kabupaten Sambas, karena  teknologi budidaya ini dapat dilakukan dengan  memanfaatkan  air terbatas dan menggunakan kolam sederhana yang terbuat dari terpal.Kelebihan dari pembuatan kolam dari terpal antara lain tidak membutuhkan biaya yang mahal dan bahan-bahan pembuatannya mudah diperoleh. Dengan telah dikenalnya teknologi budidaya lele pada lahan kering (menggunakan kolam terpal), masyarakat dapat memulai usaha budidaya ikan lele dengan modal yang tidak begitu besar, teknologi budidayanya sederhana dan waktu pemeliharaannya relatif singkat.





1.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya wawancara ini yaitu sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui bagaimana membudidayakan ikan lele.
2.      Untuk mengetahui besarnya keuntungan dari usaha pembesaran ikan lele.
3.      Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam melakukan pembesaran ikan lele.

1.3. Metoda
Metoda yang dilakukan yaitu terjun langsung ke lapangan dimana tempat pembudidayaan lele sangkuriang tersebut yang beralamatkan jalan Perkasa gang Perkasa 7 dengan nama usaha “Sinaga Kolam” yang di budidayakan oleh bapak Sofian Solafide Sinaga.













II. TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) menurut Kordi, (2010) adalah sebagai berikut :
Filum               : Chordata                                                      
Kelas               : Pisces
Subkelas          : Teleostei
Ordo                : Ostariophysi
Subordo          : Siluroidae
Famili              : Claridae
Genus              : Clarias                                 
Spesies            : Clarias gariepinus

              Gambar 2.1 Klasifikasi ikan lele
Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditas air tawar ekonomis penting dan sudah lama dibudidayakan, serta cukup digemari masyarakat. Ikan lele yang sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Lele dumbo walaupun bukan dari perairan Indonesia, namun telah merebut pamor ikan lele lokal karena mempunyai keunggulan yang kompetatif (Prihartono et al., 2005).
Secara morfologi, ikan Lele memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir dan tidak bersisik. Jika terkena sinar matahari warna tubuh lele berubah menjadi pucat dan jika terkejut warna tubuhnya otomatis menjadi loreng seperti moziak hitam-putih. Mulut lebar, memiliki 3 buah sirip tunggal, yakni sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur (Khairuman dan Khairul Amri, 2002).
Habitat atau lingkungan hidup lele sangkuriang adalah air tawar, meskipun air
yang terbaik untuk memelihara lele sangkuriang adalah air sungai, air saluran irigasi, air tanah dari mata air, maupun air sumur, tetapi lele sangkuriang relatif tahan terhadap kondisi air yang menurut ukuran kehidupan ikan dinilai kurang
baik. Lele sangkuriang juga dapat hidup dengan padat penebaran tinggi maupun dalam kolam yang kadar oksigennya rendah, karena ikan lele sangkuriangmempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut arborescent yang memungkinkan lele sangkuriang mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernapasan (Himawan, 2008). 
Djoko (2006), faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan hidup ikan
senantiasa harus dijaga dan diperhatikan. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah: suhu berkisar antara 24 – 300C, pH 6,5 – 7,5, oksigen terlarut 5 – 6 mg/l. Dengan kondisi perairan tersebut di atas ikan lele dapat hidup dengan baik mengenai kepesatan tubuhnya maupun kemampuan dalam menghasilkan benih ikan. 
            Ikan lele Sangkuriang memiliki tubuh yang lebih panjang dibandingkan lele Dumbo biasa. berwarna hitam, hitam keunguan, atau hitam kehijauan pada bagian punggung dan putih kekuningan pada bagian perut serta bagian samping totol 9 totol. Lele sangkuriang memiliki empat pasang sungut yang berfungsi penting sebagai alat penciuman dan alat peraba. Hal ini merupakan ciri khas golongan catfish. dan memiliki sirip dengan jumlah yang sama dengan sirip lele Dumbo pada umumnya, terdiri dari tiga sirip tunggal dan dua sirip berpasangan (Warisno dan Dahana 2009). 
Menurut Mahyudin (2008), ikan lele Sangkuriang termasuk dalam golongan pemakan segala, tetapi cenderung pemakan daging (karnivora). Ikan lele Sangkuriang merupakan jenis ikan yang memiliki kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam (bottom feeder). 
Ikan lele Sangkuriang seperti ikan lele lainnya bersifat nokturnal, yaitu mempunyai kecenderungan beraktivitas dan mencari makan pada malam hari tetapi dalam usaha budidaya akan beradaptasi (diurnal). Pada siang hari lele lebih suka berdiam atau berlindung di bagian perairan yang gelap. Pada kolam pemeliharaan, terutama pada budidaya intensif, lele dapat dibiasakan diberi pakan pelet pada pagi hari atau siang hari, walaupun nafsu makannya tetap lebih tinggi jika diberikan pada malam hari (Puslitbang Perikanan 1992). Ikan lele Sangkuriang tahan hidup di perairan yang mengandung sedikit oksigen dan relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik (Mahyudin, 2008). 
Menurut Khairuman (2002), kualitas air yang layak untuk ikan lele Sangkuriang yaitu dengan suhu 20-27ÂșC, oksigen terlarut (DO) kurang dari 2 ppm, kandungan karbon dioksida (CO2) lebih dari 15 ppm, kandungan NO2 sebesar 0,25 ppm, kandungan NO3 sebesar 250 ppm dan pH sebesar 6,5-8.
Menurut Kordi (2010) bahwa ikan lele sangkuriang termasuk ikan pemakan segala bahan makanan (omnivor), baik bahan hewani maupun nabati. Pakan alami lele sangkuriang adalah binatang-binatang renik, seperti kutu air dari kelompok Daphnia, Cladocera, atau Copepoda. Sementara itu, lele sangkuriang juga memakan larva jentik nyamuk, serangga atau siput-siput kecil. Meskipun demikian, jika telah dibudidayakan misalnya dipelihara di kolam lele dapat memakan pakan buatan seperti pellet, limbah peternakan ayam, dan limbah-limbah peternakan lainnya (Himawan, 2008). 
Menurut Lukito (2002) bahwa pakan buatan pabrik dalam bentuk pellet sangat digemari induk lele, tetapi harga pellet relatif mahal sehingga penggunaannya harus diperhitungkan agar tidak rugi. Lele sangkuriang dapat memakan segala macam makanan, tetapi pada dasarnya bersifat karnivora (pemakan daging), maka pertumbuhannya akan lebih pesat bila diberi pakan yang mengandung protein hewani dari pada diberi pakan dari bahan nabati.
Usaha pembesaran lele sangkuriang merupakan kegiatan lanjutan dari pembesaran benih ikan lele sangkuriang yang bertujuan untuk menghasilkan lele konsumsi dengan ukuran 8-10 ekor per kg. Kesuksesan pembesaran lele sangat tergantung pada kualitas benih. Mutu benih yang rendah dapat mengakibatkan hasil panen yang tidak maksimal (Gunawan,2009).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
            Setelah dilakukan wawancara terhadap pak Sofian maka di dapatkan hasil sebagai berikut :
·         jenis wadah yang digunakan untuk budidaya ikan lele adalah beton yang berukuran 2x3 berbentuk persegi panjang dan kolam terpal yang berukuran 2x2 yang berbentuk persegi.
·         Sumber air yang digunakan untuk budidaya nya adalah berasal dari sumur bor.
·         Jenis pengapuran yang digunakan di dalam kolam yaitu batang pisang dicacah kemudian di diamkan selama seminggu, banyak nya tergantung luas kolam.
·         Jenis benih yang di budidayakan ialah lele sangkuriang yang berukuran 4-6 cm dengan jumlah 6000.
·         Jenis pakan yang digunakan yaitu pelet 781-1, pelet 781-2, dan 781 polos, yang diberikan 2 kali dalam sehari pada pagi dan malam hari dengan cara ditaburkan.
·         Diberikan probiotik
·         Penyakit yang dialami lele tersebut adalah muculnya jamur pada tubuhnya.
·         Lama pemeliharaan ikan sampai waktunya panen ialah 8-10 minggu dengan ukuran panen 15-20 cm, produksi panen sekitar 735 kg dengan harga jual Rp 16.000 – Rp 18.000 per kilogram, serta hasil panen dijual di kalangan masyarakat maupun kalangan toko.
·         Permasalahan yang di hadapi yaitu kaibal dan masalah pada PH air.
4.2. Pembahasan
            Jenis wadah yang digunakan untuk budidaya ikan lele sangkuriang adalah kolam beton yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2x3 dengan satuan cm dan kolam terpal yang berbentuk persegi dengan ukuran 2x2 dengan satuan cm. Dengan bersumberkan air dari sumur bor.
            kapur yang digunakan setelah di bangunnya kolam tersebut adalah batang pisang yang dicacah dan dimasukkan ke dalam kolam lalu di diamkan sekitar seminggu untuk menghilangkan zat kimia yang terdapat pada semen tersebut. Ini berlaku untuk wadah kolam tembok tetapi kalau pada wadah kolah terpal, hanya di cuci saja.
            Jenis benih yang di budidaya oleh pak Sofian adalah lele sangkuriang yang panjangnya masih sekitar 4-6 cm sebanyak 6000 benih. Untuk kolam benihnya, air kolam diisi dengan ketinggian 5-10 cm. Sebelum benih dimasukkan, benih diletakkan dalam sebuah wadah lebih kurang 15 menit dengan catatan air dalam wadah berasal dari kolam yang sudah di siapkan dengan tujuan untuk penyesuaian benih ke air kolam/agar benih tidak stres. Setelah beberapa saat benih sudah dapat menyesuaikan diri, maka benih di masukkan kedalam kolam dan di puasakan dulu selama 24 jam.
Pakan merupakan faktor yang memegang peranan sangat penting dan menentukan keberhasilan usaha perikanan. Ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor utama untuk menghasilkan produksi yang maksimal (Santoso & Agusmansyah, 2011). Jenis pakan yang digunakan oleh bapak Sofian adalah Pelet 781-1 untuk ikan yang panjangnya 4-6 cm, pelet 781-2 untuk ikan yang panjangnya 10-14 cm, serta pelet 781 polos untuk ikan standar panen atau yang panjangnya > 15 cm dengan jumlah 1 kg pelet setiap sekali pemberian pakan terhadap semua ikan yang diberikan sebaanyak 2 kali sehari dalam waktu pagi dan malam hari dengan cara ditaburkan langsung ke dalam kolam. Dan menurut Lukito (2002) bahwa pakan buatan pabrik dalam bentuk pelet sangat digemari induk lele, tetapi harga pelet relatif mahal sehingga penggunaannya harus diperhitungkan agar tidak rugi. Pakan buatan dapat berasal dari produksi pabrik, namun dalam pemberiannya kepada ikan harus  disesuaikan dengan kebutuhan ikan terutama ukuran pakan, kandungan kebutuhan gizinya, dan disesuaikan ukuran dengan mulut ikan (Saparinto & Susiana, 2013).   
Selain pakan, ikan juga diberi Probiotik yang dikombinasi dengan protein, multivitamin, mineral dan ginseng yang efektif untuk budidaya ikan air tawar. Adapun manfaat dari probiotik ini adalah meningkatkan nafsu makan dan memacu pertumnuhan ikan, meningkatkan daya tahan tubuh ikan dari serangan virus dan penyakit, menghemat pakan dan mempercepat masa panen.
Penyakit ikan menurut Sachlan (1972) didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan penyakit yang dialami oleh ikan yang dibudidaya ialah jamur akan tetapi dapat diatasi oleh bapak tersebut dengan cara mengganti air kemudian ditabur garam dapur kasar serta diblender daun pepaya, bawang putih, buah mengkudu lalu disiram kedalam kolam yang ikannya berpenyakitan. Kemudian ikannya di puasakan lagi selama 24 jam.
Lama pemeliharaan ikan sampai waktunya panen ialah 8-10 minggu dengan ukuran panen 15-20 cm, produksi panen sekitar 735 kg dengan harga jual Rp 16.000 jika di jual kepada toko dan harga jual Rp 18.000 jika di jual kepada kalangan masyarakat.
Adapun permasalahan yang dialami oleh pak Sofian adalah kanibalisme pada ikan. Akan tetapi dapat diatasi oleh bapak tersebut dengan cara rajin menyortir/mengelompokkan ikan tersebut sesuai dengan ukurannya masing-masing. Masalah kedua yaitu pada pH air , kerap pH air di bawah standar. Keasaman atau pH yang baik bagi lele sangkuriang adalah 6,5 – 9, pH yang kurang dari 5 sangat buruk bagi lele sangkuriang, karena bisa menyebabkan penggumpalan lendir pada insang, 12  sedangkan pH 9 ke atas akan menyebabkan berkurangnya nafsu makan lele sangkuriang (Himawan, 2008). Akan tetapi masalah pH ini juga sudah dapat diatasi oleh pak Sofian dengan cara memasak gula merah/mencairkan nya hingga mendidih kemudian didinginkan dahulu, setelah dingin makan air gula merah tersebut di siram kedalam kolam. Selanjutnya ikan di puasakan selama 24 jam.
















Lampiran Dokumentasi








                  
                Wadah Kolam beton                                                           Wadah kolam terpal








Sumber air kolam                                            Ikan siap panen






           
                        Pengukuran ikan siap panen                probiotik yang diberikan










                             Proses wawancara                                      pemberian pakan













Foto bersama pemilik kolam budidaya pak Sofian Solafide Sinaga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar