Sabtu, 21 Oktober 2017

laporan seksualitas ikan dan tingkat kematangan gonad



LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN, SEKSUALITAS IKAN, DAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD
OLEH :
ARISA TRINOVIRA BARUS
1604115508
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN





 

















LABORATORIUM BIOLOGI PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKAN BARU
2017
                                                  


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada praktikan sehingga dapat menyelesaikan laporan Praktikum “Tingkah Laku Reproduksi, Seksualitas Ikan, dan Tingkat Kematangan Gonadtepat waktunya.
            Pada kesempatan ini praktikan juga tak lupa mengucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing dan Asisten yang telah banyak membantu praktikan, sehingga praktikan dapat mengatasi kesulitan baik pada saat melaksanakan praktikum maupun dalam menyelesaikan laporan ini.
            Praktikan menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu praktikan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar laporan ini bisa lebih sempurna dan lebih bermanfaat bagi kita dimasa mendatang.

Pekanbaru, 16 Oktober 2017




Arisa Trinovira Barus




DAFTAR ISI
Isi                                                                                                                Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................              i
DAFTAR ISI..............................................................................................             ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................            iii
DAFTAR TABEL.....................................................................................            iv
 I.      PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang..............................................................................             1
1.2.      Tujuan dan Manfaat......................................................................             3

II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................             4
III. BAHAN DAN METODE
3.1.      Waktu dan Tempat........................................................................             7
3.2.      Bahan dan Alat.............................................................................             7
3.3.      Metode Praktikum........................................................................             7
3.4.      Prosedur Praktikum.......................................................................             7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil.................................................................................................             9
4.2. Pembahasan.....................................................................................           12
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.....................................................................................           15
5.2. Saran...............................................................................................           16

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................           16

DAFTAR GAMBAR
Gambar                                                                                                      Halaman
1.   Gambar ikan Helostoma temincki...........................................................             9








DAFTAR TABEL
Tabel                                                                                                          Halaman
1.      Tabel pengukuran seksualitas ikan...................................................           10
2.      Penampakan ciri seksual sekunder pada tubuh ikan tambakan........           11





 







  I. PENDAHULUAN       
1.1. Latar Belakang
  Ikan terdiri dari banyak sekali spesies di dunia yang memiliki kekhasan tersendiri dan yang telah berhasil diidentifikasi para ahli ikhtiologi di dunia ini ada sekitar 20.000 – 40.000 spesies. Bahkan ratusan spesies diantaranya telah memiliki varietas atau strain yang mencapai ratusan varietas. Terutama sekali dari spesies ikan yang telah berhasil dibudidayakan dan populer di dunia sebagai ikan hias. Perkembangan jumlah strain dan varietas yang terus meningkat ini terjadi karena adanya kemajuan di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta adanya kegiatan kontes ikan hias yang telah turut mendorong pembreeder menciptakan strain baru untuk spesies-spesies ikan yang sudah populer.
Studi mengenai jenis kelamin dari suatu spesies yang memiliki banyak strain merupakan suatu hal yang sangat menarik dan penting untuk dilakukan terutama bagi orang-orang yang menekuni bidang budidaya perikanan dan melakukan penelitian di bidang Biologi Perikanan. Hal ini karena setiap individu dari setiap spesies ikan memiliki ciri – ciri khusus sebagai penentu apakah indi-vidu ikan itu berjenis kelamin jantan atau betina. Penampakan ciri – ciri seksual ini pada beberapa spesies ikan baru nyata terlihat apabila individu ikan mengalami kematangan gonad (kelamin), akan tetapi pada beberapa spesies ikan lainnya ciri – ciri seksual itu dapat terlihat dengan jelas walaupun individu ikan tersebut belum matang gonad ataupun sudah selesai memijah karena dapat terlihat pada ciri – ciri morfologi pada permukaan tubuhnya. Oleh karena itu sangat diperlukan pengetahuan tentang tingkat kematangan gonad dari setiap individu ikan sehingga membantu mereka yang berkecimpung di bidang budidaya perikanan dan biologi perikanan untuk menghitung jumlah ikan dewasa yang siap bereproduksi dan memijah, kapan mereka akan memijah dan bertelur serta kapan dan berapa telur yang akan dibuahi dan menetas serta perbandingan antara ikan yang belum matang gonad dengan yang sudah matang, ikan yang belum dewasa dengan yang sudah dewasa dan ikan yang belum bereproduksi dengan yang sudah.
Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan berkembang. Sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan penangkapan, pemeliharaan, dan pembudidayaan ikan, ilmu perikanan sangat membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional, yakni masyarakat maritim yang mandiri (Fujaya, 2004).
Secara Taksonomi, Ikan adalah makhluk hidup bertulang belakang, bernafas dengan insang, berdarah dingin, suhu tubuh sesuai dengan suhu lingkungan dan hidup di dalam air.
Pada banyak kasus reproduksi ikan, sering ditemukan bahwa proses ovulasi ikan tidak dapat berlangsung, meskipun proses vitellogenesis sudah sempurna.  Keberhasilan proses ovulasi ditentukan oleh mekanisme fisiologi, proses metabolisme dan kesesuaian dengan faktor eksternal (kehadiran pejantan, substrat untuk pemijahan, rendahnya ancaman predator dan sebagainya).  Namun demikian informasi tentang peran faktor eksternal dalam proses reproduksi masih sangat terbatas.
                Perkembangan gonad ikan di pengeruhi beberapa faltor diantaranya adalah kualitas dan kuantitas makanan. Protein merupakan komponen esensial yang dibutuhkan untuk bereproduksi. Selain protein asam lemak juga merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi perkembangan embrio pada ikan karena asam lemak merupakan penyusun membrane sel dan sebagai precursor, selain dari segi sumber energi pakan harus mengandung asam lemak jenuh.
Mahasiswa perikanan harus dapat mengenali tingkat kematangan gonad setiap jenis ikan yang populer di masyarakat sehingga dapat membantu jika ingin membudidayakannya. Karena itulah praktikum tentang tingkat kematangan gonad sangat diperlukan untuk memberikan latihan kepada mahasiswa.          
1.2. Tujuan dan manfaat
         Tujuan praktikum ini adalah untuk mengenal ikan yang dewasa, siap bereproduksi dan memijah serta tingkat kematangan setiap jenis ikan. Sedangkan manfaat praktikum adalah sebagai latihan praktek bagi mahasiswa dalam membedakan jenis kelamin setiap ikan tertentu.




II. TINJAUAN PUSTAKA
Propinsi Riau merupakan salah satu propinsi yang memiliki wilayah daratan 94.561 km2 dan 3.241 pulau-pulau yang memiliki empat satuan wilayah sungai yaitu sungai Rokan, siak, Kampar dan sungai Indragiri  yang merupakan perairan yang potensial untuk pembangunan usaha perikanan (YUNIARTI, 2000).
Luas perairan umum Riau adalah 62.648,53 Ha, terdiri dari luas perairan umum Indragiri Hilir 2.600 Ha, luas perairan umum Indragiri hulu 33,164 Ha, luas perairan umum  kuansing singingi 23.086 ha, luas perairan umum Pekanbaru 85 Ha, luas perairan umum Siak 764 Ha, luas perairan umum Bengkalis 70 Ha, dan luas perairan umum Kampar 2.795,99 Ha (Dinas Perikanan Dan Kelautan Propinsi Riau, 2001).
Melakukan Suatu proses reproduksi tentu dengan bertujuan untuk menghasilkan individu baru. Salah satu upaya agar populasi ikan ini tidak punah, dilakukan kegiatan budidaya dan memberikan gambaran  tentang keadaan alami ikan budidaya. Keadaan alami tersebut antara lain kondisi lingkungan ikan (habitat), kebiasaan makan (food habits), dan reproduksi ikan (biologi reproduksi). (Mariatun, 2002).
            Proses perkawinan diawali dengan jantan yang membuat cekungan di dasar wadah sebagai tempat permbuahan. Setelah itu, jantan mencari betina yang sudah siap memijah. Ketika telah menemukan betina yang cocok maka jantan akan berenang beriringan dengan betina dan jika ada nila jantan lain disekitarnya maka jantan tersebut akan menyerang untuk mempertahankan betinanya. Setelah itu akan terjadi proses matting (bercumbu) yang ditandai dengan ikan jantan mengejar ikan betina. Setelah betina luluh proses spowning dimulai dengan betina akan meletakan telur-telurnya pada cekungan yang telah dibuat tadi kemudian jantan melepaskan sperma pada sel-sel telur tadi. Setelah terjadi pembuahan maka jantan pergi dan betina memelihara telurnya dengan cara mememasukan kedalam mulutnya sampai telur itu menetas menjadi larva. pada betina yagn sudah berpengalaman biasanya akan tetap memelihara larvanya sampai benar – benar bisa mandiri. Selama pemeliharaan dalam mulut ikan betina akan memuntahkan telur dalam mulutnya jika dirasakan ada ancaman, kemudian jika ancaman itu telah hilang maka betina akan memunguti telurnya kemudian memasukan dalam mulutnya lagi (Kuncoro, 2003).
Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina. Satu spesies ikan yang mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina dengan jelas, maka spesies itu bersifat seksual dimorfisme.
Sifat seksual sekunder yang bersifat permanent atau tetap, yaitu tanda ini tetap ada sebelum, selama dan sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan hitam pada ekor ikan Amia calva jantan, gonopodium pada Gambusia affinis, clasper pada golongan ikan Elasmobranchia, warna yang lebih menyala pada ikan Lebistes, Beta dan ikan-ikan karang, ikan Photocornycus yang berparasit pada ikan betinanya dan sebagainya (Wahyuningsih dan ternala, 2006).
            Jenis kelamin suatu individu di tentuksan bersama oleh faktor genetis dan lingkungan. Fator genetik yang menentukan jenis kelamin. Kromosom yang memegang peran utama dalam menentukan jenis kelamin disebut kromosom seks atau gonosom. Yang tidak menentukan jenis kelamin disebut kromosom biasa atau autosom (Mardiana, 2009).
            Pada mayoritas ikan, jantan dan betina merupakan individu yang terpisah, untuk kemudian mereka harus bertemu atau bersamasama pada masa kawin (reproduksi). Reproduksi seksual pada ikan dibedakan menjadi dua macam, yaitu reproduksi secara internal dan reproduksi secara eksternal. Pada reproduksi seksual secara internal, sperma individu jantan membuahi sel telur di dalam tubuh individu betina. Sedangkan pada reproduksi secara eksternal. sperma dilepaskan ke perairan bersamaan atau setelah betina melepaskan atau menempatkan telur-telurnya  (hutomo, et.al., 2001)
Tingkat kematangan gonad (TKG) adalah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Tingkat kematangan gonad untuk menentukan perbandingan antara organisme yang telah matang gonad dengan yang belum matang, ukuran atau umur organisme pada saat pertama kali matang gonad, untuk menentukan apakah organisme tersebut sudah memijah atau belum, masa pemijahan, dan frekuensi pemijahan. Effendie (1997) mengemukakan bahwa bagi ikan yang mempunyai musim pemijahan sepanjang tahun, pada pengambilan contoh setiap saat akan didapatkan komposisi tingkat kematangan gonad yang terdiri dari berbagai tingkat dengan persentase yang tidak sama, dan tingkat kematangan yang tertinggi akan didapatkan pada saat pemijahan akan tiba.
Sjafei et al. (1991) menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi TKG di daerah subtropis adalah suhu dan makanan. Pada suhu dibawah optimum maka proses pemijahan tidak dapat berlangsung walaupun kedua induk telah matang gonad.
Eber dan Cowley (2009) menyatakan bahwa TKG untuk ikan pari dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu ikan juvenile (TKG I), ikan muda (TKG II) dan Dewasa (TKG III). Untuk ikan jantan, dianggap juvenile (TKG I) apabila memiliki klasper yang pendek yaitu tidak melampaui tepi posterior sirip dubur. Ikan muda (TKG II) adalah ikan yang panjang klasper melampaui tepi posterior sirip dubur, tetapi tidak memiliki kalsifikasi dari unsur-unsur tulang rawan terminal. Ikan dewasa (TKG III) ketika panjang klasper mencapai 6-9 cm melampaui tepi posterior sirip dubur dan memiliki kalsifikasi dari unsur-unsur tulang rawan terminal. Ikan betina dianggap juvenile (TKG I) apabila kurang memiliki diferensiasi ovarium atau tidak terlihat jelas, dan kelenjar oviducal tidak terlihat di dalam rahim. Ikan muda (TKG II) memiliki telur yang lebih kecil dan terlihat jelas tetapi tidak memiliki oosit matang. Kelenjar oviducal itu belum berkembang, uteri sempit dan terbatas. Ikan dewasa (TKG III) yaitu terdapat oosit yang berwarna kuning, berdiameter 1,5 - 2,0 cm, kelenjar oviducal yang terlihat jelas, ataukah sudah terdapat embrio yang berkembang di dalam rahim .
Effendie (1997) mengemukakan bahwa indeks kematangan gonad (IKG) adalah suatu nilai dalam persen yang merupakan nilai dari perbandingan antara bobot gonad dan bobot ikan dikalikan 100% yang diperlukan sebagai salah satu pengukuran aktifitas yang terjadi di dalam gonad. Selanjutnya dikatakan bahwa bobot gonad akan mencapai maksimum sesaat sebelum ikan memijah kemudian bobot gonad akan menurun dengan cepat selama pemijahan sedang berlangsung sampai selesai.  Indeks Kematangan Gonad ikan betina lebih tinggi dari ikan jantan pada TKG yang sama, disebabkan karena IKG sangat dipengaruhi oleh bobot gonad dan bobot tubuh. Gonad yang berisih telur (betina) lebih berat dibandingkan gonad yang berisih sperma (jantan), sehingga IKG ikan betina lebih tinggi dibanding ikan jantan (Galib, 2002).





















III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat        
Praktikum mengenai Tingkah Laku Reproduksi, Seksualitas Ikan, dan Tingkat Kematangan Gonad dilaksanakan pada hari Senin, 9 Oktober 2017 pada pukul 08.00 – 10.00 WIB. Praktikum dilakukan di Laboratorium Biologi Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru.
3.2. Alat dan Bahan
            Alat yang dipakai pada saat melakukan praktikum adalah nampan sebagai tempat meletakkan sampel, penggaris untuk mengukur morfometrik sampel, pena, pensil untuk alat menggambar objek yang dipraktikumkan pada laporan sementara, gunting bedah, serta tisu gulung dan serbet. Sedangkan bahan yang digunakan sebagai objek praktikum adalah jenis ikan air laut dan tawar salah satunya adalah ikan tambakan (Helostoma temmincki). Ikan-ikan pada objek praktikum disediakan dari laboratorium Biologi Perairan.
3.3. Metode Praktikum
            Dalam melakukan praktikum, metode yang digunakan adalah menggunakan metode pengamatan secara langsung terhadap objek yang dipraktikumkan, artinya pengamatan dilakukan terhadap ikan itu secara langsung. selain itu praktikum ini berpedoman pada buku penuntun praktikum Biologi Perikanan.
3.4. Prosedur Praktikum
- Prosedur praktikum seksualitas ikan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1)      Mengukur panjang total (TL), panjang baku (SL), panjang fork (FL), BdH, dan HdL serta menggambarkan setiap individu ikan yang diamati. Identifikasi dan timbang setiap ikan objek yang dipraktekkan.
2)      Pisahkan menurut jenis kelamin berdasarkan ciri seksual sekunder.
3)      Bedah perut ikan dengan alat bedah secara abdominal, amati menurut ciri seksual primer.
4)      Amati organ reproduksi apakah berbentuk testes atau ovari.
5)      Hal yang perlu diamati untuk testes/ovari adalah bentuk testes/ovari, ukuran testes/ovari (panjang), perbandingan panjang testes/ovari dengan panjang rongga tubuh, dan warna testes/ovari.
6)      Setelah dibedah kemudian tentukan tahap-tahap perkembangan gonad menurut Nikolski dan Kesteven.
7)      Hitung IKG ikan.

- Adapun prosedur praktikum kematangan gonad ini adalah :
1.      Gambar dan tulis klasifikasi ikan.
2.      Timbang berat ikan.
3.      Ukur morfometrik ikan ( Hdl, Bdh, TL, FL, SL).
4.      Amati ciri-ciri seksualnya, kemudian tentukan jenis kelaminnya. Untuk memastikan jenis kelamin, bedah ikan dan keluarkan gonadnya. Kemudian tentukan jenis kelamin dari ikan tersebut serta gambarkan bentuk dari jenis kelamin tersebut (ovari dan testes).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil


Dan dari hasil pengamatan juga dapat di klasifikasikan bahwa ikan yang diamati adalah ikan tambakan (Helostoma temmincki), berikut klasifikasinya :
kingdom          : Animalia
filum                : Chordata
kelas                : Osteichthyes
ordo                 : Anabantoidea
famili               : Helostomatidae
genus               : Helostoma
spesies             : Helostoma teminckii



Setelah dilakukan pengukuran dan pengamatan pada tubuh ikan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
1.      Tabel pengukuran dan Seksualitas Ikan
No
BT
(gr)
TL
(mm)
SL
(mm)
BDH
(mm)
HDL
(mm)
JK
TKG
BG
(gr)
IKG
(%)
1
100
180
140
50
65
J
II
0.66
0.66
2
90
160
125
60
65
B
III
1.51
1.67
3
100
165
130
60
65
B
III
1.79
1.79
4
105
180
140
70
40
B
V
2.55
2.42
5
90
170
130
70
45
B
V
1.09
1.21
6
90
175
130
65
45
B
II
1.25
1.38
7
100
160
125
65
40
B
V
1.66
1.66
8
100
170
130
70
45
B
III
1.43
1.43
9
65
150
115
60
35
B
IV
4.65
7.15
10
105
172
138
50
40
B
IV
3.25
3.09
11
105
165
128
45
40
B
V
1.23
1.17
12
100
165
130
46
40
B
IV
12.51
12.51
13
105
170
130
70
45
B
V
2.60
2.47
14
100
175
140
60
45
J
IV
1.44
1.44
15
140
180
140
70
50
B
V
4.03
2.87
16
85
165
130
64
40
B
III
2.24
2.63
17
100
173
137
65
45
B
IV
9.27
9.27
18
90
162
125
65
41
J
V
0.67
0.74
19
110
170
130
60
45
B
V
1.51
1.37
20
90
160
130
60
40
B
V
2.34
2.60
21
90
160
125
55
40
B
V
1.45
1.61
22
90
165
125
65
45
B
V
1.04
1.15
23
95
170
135
55
40
B
IV
10.82
11.38
24
115
185
150
70
50
B
V
1.98
1.72
25
105
175
140
70
45
B
V
1.40
1.33

2.      Penampakan Ciri Seksual Sekunder pada Ikan Tambakan
No
Bentuk dan Ukuran
Jantan
Betina
1
Ukuran tubuh
Kecil
Lebih besar
2
Bentuk tengkuk kepala
Datar
Ada lekukan
3
Halus kasarnya permukaan kepala
kasar
halus
4
Bentuk ujung sirip punggung
Runcing, tajam, keras
Lebih runcing dan tajam
5
Bentuk abdominal
-
-
6
Bentuk papila genital
bulat
Bulat lonjong
7
jumlah lubang genital
1
2
8
Bentuk lubang genital
bulat
Bulat lonjong
9
Bentuk salah satu jari sirip anal
Lemah mengeras
Lemah mengeras
10
Bentuk salah satu jari sirip perut sebelah kiri
Lemah
lemah

No
Warna
Jantan
Betina
1
Warna pada badan
Gelap
Terang
2
Warna pada sirip punggung dan ekor
Hitam gelap
Hitam terang
3
Garis-garis warna pada sirip ekor dan tubuh
Hitam tebal
Hitam tipis
4
Warna noktah pada batang ekor
Gelap
Terang
5
Warna pada sirip dada dan sirip perut
Gelap
Terang

4.2. Pembahasan
4.2.1. Tingkat Kematangan Gonad
Hal ini sesuai dengan pendapat Effendi (1997), yang mengatakan bahwa penentuan jenis kelamin setelah dilakukan pengukuran panjang berat, kemudian ikan dibedah dan dikeluarkan gonadnya untuk mengetahui jenis kelamin ikan tersebut. Penentuan jenis kelamin ikan tambakan dengan memperlihatkan ciri seksual primer dengan membedah tubuh ikan tersebut. Alat kelamin yang terdapat pada individu ikan disebut gonad. Akan tetapi jika gonad itu terdapat dalam rongga tubuh ikan jantan disebut testes, sedangkan gonad yang terdapat dalam rongga tubuh ikan betina disebut ovary. Gonad memiliki pembuluh darah yang berfungsi sebagai supply (penyedia) nutrisi. Testes pada ikan terdapat dalam rongga tubuh, bentuknya sangat tergantung pada rongga tubuh yang tersedia tetapi umumnya berbentuk panjang, jumlahnya sepasang dan tergantung di sepanjang mesenteries pada rongga atas bagian tubuh. Posisinya persis di bawah tulang punggung di samping gelembung udara. Warna bervariasi mulai dari transparan sampai putih susu. Ovari pada ikan terdapat dalam tubuh, bentuknya juga tergantung pada rongga tubuh. Namun umumnya memanjang, jumlahnya sepasang dan menggantung kepada mesenteries (mesovaria). Posisinya persis di bawah tulang punggung dan ginjal serta di samping gelembung udara. Warnanya bervariasi mulai dari transparan sampai kuning emas dan keabu-abuan.
Kottelat et.al.,(1993) menyatakan bahwa ikan Tambakan memiliki ciri-ciri bentuk tubuh pipih lebar, dimana tinggi badan lebih ½ kali dari panjang tubuhnya, sirip punggung panjangnya terdiri 12-13 jari-jari keras dan tajam 11-13 jari-jari lemah, sirip dubur 9-11 jari-jari keras dan 9-21 jari-jari  lemah, sirip perut 1 jari-jari keras dan 2 diantaranya jari-jari lemahnya memanjang seperti benang yang berfungsi sebagai alat peraba, sirip dada 2 jari-jari keras yang kecil dan 13-14 jari-jari lemah. Gurat sisi sempurna mulai kepala hingga ekor yang terdiri dari 30-33 keping sisik.
Pengamatan ciri seksual primer pada setiap individu ikan dilakukan melalui cara membedah tubuh bagian abdominal ikan dan mengamati gonad yang dimiliki yaitu testes jika jantan dan ovari jika betina. Namun jika ikan masih hidup, untuk melihat gonadnya dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan gamet dengan menstripping induk yang sudah matang gonad atau mengisap gonad dengan bantuan kateter canula (selang halus).
Sedangkan menurut Pulungan (2006), perbedaan ikan jantan dan ikan betina dapat dilihat dari gonad yang dimiliki dengan cara membedah tubuh ikan (seksual primer) serta bentuk warna dan organ lengkap (seksual sekunder) untuk membedakan ikan jan-tan dan ikan betina dapat juga dilihat dari bentuk kepala, bentuk tengkorak, sirip punggung, sirip dada, sirip ekor, sirip anus serta ukuran lubang pada kelamin.
Warna ovari pada ikan betina sampel adalah kuning emas yang menunjukkan bahwa ovari sudah matang dan siap dibuahi. Jumlah ovari ada sepasang dan memiliki saluran kecil yang disebut oviductus. Testes pada ikan jantan sampel berwarna putih susu. Jumlah testes sepasang dan memiliki saluran yang disebut ductus. Gonad baik testes maupun ovari mempunyai saluran agak pendek dan bersatu dengan vesica urinaria, membentuk sinus urogenitalis yang berlanjut sebagai saluran yang bermuara sebagai porus urogenitalis.
Untuk membedakan antara ikan jantan dan ikan betina selain berdasarkan ciri seksual primer juga dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap ciri seksual sekunder ikan tersebut. Untuk membedakan ikan tambakan jantan dan betina berdasarkan ciri seksual sekunder yaitu: 1) Halus kasarnya permukaan kepala, jika kasar adalah ikan jantan sedangkan ikan betina memiliki permukaan kepala yang halus, 2) Bentuk permukaan perut ikan, pada ikan jantan permukaan perutnya agak ramping sedangkan ikan betina memiliki permukaan perut agak gemuk karena mengandung telur dalam ovari. Ciri spesies ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri spesies ikan tambakan jantan adalah bentuk badan tidak terlalu melengkung, bentuk kepala lebih merata, ukuran kepala lancip, dasar sirip dada lebih keras, letak sirip perut lebih panjang, bentuk lubang genital bulat (tumpul). Sedangkan ciri spesies ikan tambakan betina adalah badan melengkung, perut membujur dan mendatar sampai ke anus, bentuk kepala lebih besar dan dasar sirip dada lunak, bentuk sirip perut lebih pendek dan bentuk lubang genital menonjol (agak lancip).
Pengamatan tentang tahap-tahap kematangan gonad ikan dapat dilakukan secara morfologi dan histologi. Tahap kematangan gonad yang umum digunakan oleh peneliti adalah pentahapan yang dilakukan oleh Kesteven yang membagi menjadi 9 tahap yaitu : I) dara, II) dara berkembang, III) perkembangan I, IV) perkembangan II, V) bunting, VI) mijah, VII) mijah/salin, VIII) salin/spent, IX) pulih salin. Sedangkan Nikolsky membagi menjadi 7 tahap yaitu: I) tidak masak, II) tahap istirahat, III) hampir masak, IV) masak, V) reproduksi, VI) kondisi salin, VII) tahap istirahat.

4.2.2. Seksualitas Ikan
Seperti yang telah dikemukakan, Saanin (1984) telah mengklasifikasikan ikan Tambakan ke dalam kelas Pisces, famili Anabantidae, genus Helostoma dan spesies Helostoma temmincki.
Dari ke-25 ekor ikan Tambakan (Helostoma temmincki) yang dipraktikumkan. Di dapatkan 6 ekor berjenis kelamin betina dan 19 ekor berjenis kelamin jantan. Data tersebut diperoleh dengan mengamati masing masing individu, baik melalui penampakan ciri seksual primer ataupun ciri seksual sekunder.
Penampakan ciri ciri seksual sekunder dilakukan dengan dua cara, yaitu seksual dimorphisme dan seksual dichromatisme.
Sifat seksual sekunder ialah tanda tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina. Apabila satu spesies ikan mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina, maka spesies itu memilki seksual dimorphisme. Apabila yang menjadi tanda itu warna, maka ikan itu mempunyai sifat seksual dikromatisme. Pada ikan jantan mempunyai warna lebih cerah dan lebih menarik dari pada ikan betina (Effendi, 2002)
            Biasanya tanda seksual sekunder itu terdapat positif pada ikan jantan saja. Apabila ikan jantan tadi dikastrasi (testisnya dihilangkan), bagian yang menjadi tanda seksual sekunder tadi menghilang, tetapi pada ikan betina tidak menunjukkan sesuatu (Effendie, 2002).
Demikian juga menurut Tim Iktiologi (1989), bahwa warna pada ikan sering merupakan cirri pengenalan seksual. Secara umum dapata dikatakan bahwa ikan jantan mempunyai warna yang cemerlang dari pada ikan betina.
Sedangkan untuk penampakan seksual primer kita melakukan pengamatan dengan melakukan striping dan membedah bagian abdominal tubuh ikan yang diamati.

















V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
                 Berdasarkan pembahasan yang telah ilakukan didalam makalah tentang seksualitas ikan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.      Seksualitas hewan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina.
2.      Ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma dan ikan betina ialah ikan mempunyai organ penghasil telur
3.      Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yakni ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina dan testes dengan pembuluhnya pada ikan jantan.
4.      Sifat seksual sekunder pada ikan ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina
Dari hasil pengamatan selama praktikum tingkat kematangan gonad dan seksualitas ikan didapatkan bahwa ikan Tambakan (Helostoma temmincki). Ciri ikan tambakan jantan adalah bentuk badan tidak terlalu melengkung, bentuk kepala lebih meruncing, ukuran kepala lancip, dasar sirip dada lebih keras, letak sirip perut lebih panjang, bentuk lubang genital bulat (tumpul). Sedangkan ciri ikan tambakan betina adalah badan melengkung, perut membujur dan mendatar sampai ke anus, bentuk kepala lebih besar dan dasar sirip dada lunak, bentuk sirip perut lebih pendek dan bentuk lubang genital menonjol (agak lancip). Data morfometrik antara ikan jantan dan betina cukup bervariasi sesuai jenis kelaminnya.
Sedangkat dari hasil praktikum seksualitas ikan, kita dapat mengetahui jenis kelamin ikan ikan tersebut dengan menggunakan penampakan penampakan yang ada. Penampakan ciri seksual sekunder dinilai lebih baik karena kita tidak perlu melakukan pembedahan ataupun melakukan hal yang macam macam kepada individu ikan yang diamati. Tetapi bukan berarti ciri seksual primer tidak begitu baik, karena dengan cara inilah data yang diperoleh lebih akurat.
5.2. Saran
Sebagai salah satu praktikan saya menyadari bahwa melakukan pengamatan secara sekunder itu lebih sulit, karena ciri ciri yang ditampakan itu malah membingungkan untuk mengetahui jenis kelamin ikan itu sendiri. Tetapi sebagai seorang mahasiswa, kita harus mampu melakukannya. Cobalah diteliti baik baik dengan mengidentifikasi setiap inchi ikan tersebut. Walaupun pada akhirnya kita akan membedahnya untuk membuktikan pengamatan kita. Dan semoga dikemudian hari praktikuma akan berjalan dengan lebih baik. 


















LAMPIRAN







Tidak ada komentar:

Posting Komentar