Kamis, 11 April 2019

Laporan DDP Koefisien Peluruhan

LAPORAN PRAKTIKUM DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN
KOEFISIEN PELURUHAN DI WADUK FPK UNRI

OLEH :

ARISA TRINOVIRA BARUS
1604115508
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN




















LABORATORIUM PRODUKTIVITAS PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019

I. PENDAHULUAN                                 
1.1. Latar Belakang
Waduk adalah tempat pada permukaan tanah yang digunakan untuk menampung air saat terjadi kelebihan air/ musim penghujan sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada musim kering. Air merupakan senyawa yang bersifat pelarut universal, karena sifatnya tersebut, maka tidak ada air dan perairan alami yang murni. Tetapi didalamnya terdapat unsur dan senyawa yang lain. Dengan terlarutnya unsur dan senyawa tersebut, terutama hara mineral, maka air merupakan faktor ekologi bagi makhluk hidup.
Berbagai sumber air yang dipergunakan untuk keperluan hidup dapat tercemar oleh berbagai sumber pencemaran. Seperti manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan dapat menjadi penyumbang pencemaran terhadap air yang akan dipergunakan, baik untuk keperluan makhluk hidup maupun untuk keperluan kehidupan yang lain. Keberadaan zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih akan menimbulkan gangguan terhadap kualitas air atau merusak kadar kimia air. 
Rusaknya kadar kimia air akan berpengaruh terhadap fungsi dari air itu sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Dengan demikian dilakukanpraktikum mengenai koefisien peluruhan yang prinsip kerja nya dilakukan pada hari ke 2, 4, 6, 8 dan 10 untuk menghitung kadar oksigennnya.

1.2. Tujuan dan manfaat
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah agar kita mengetahui cara mengukur koefisien peluruhan dalam perairan.
Adapun manfaatnya ialah kita dapat untuk memperoleh dan mengetahui laju peluruhan bakteri dalam mendekomposisi bahan-bahan organik di waduk FPK UNRI.





II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perairan Waduk
Perairan air tawar, salah satunya waduk menempati ruang yang lebih kecil bila dibandingkan dengan lautan maupun daratan, namun demikian ekosistem air tawar memiliki peranan yang sangat penting karena merupakan sumber air rumah tangga dan industri yang murah. Perairan air tawar merupakan tempat disposal/pembuangan yang mudah dan murah (Heddy dan Kurniati, 1994).
Waduk dapat dimanfaatkan antara lain sebagai berikut:
 1) Irigasi
Pada saat musim penghujan, hujan turun di daerah tangkapan air sebagian besar akan mengalir ke sungai. Kelebihan air yeng terjadi dapat ditampung waduk sebagai persediaan sehingga pada saat musim kemarau tiba air tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan antara lain irigasi lahan pertanian.
2) PLTA
Dalam menjalankan fungsinya sebagai PLTA, waduk dikelola untuk mendapatkan kapasitas listrik yang dibutuhkan. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah suatu sistem pembangkit listrik biasanya terintegrasi dalam bendungan dengan memanfaatkan energi mekanis aliran air untuk memutar turbin yang kemudian akan diubah menjadi tenaga listrik oleh generator.
 3) Penyediaan Air Baku
Air baku adalah air bersih yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air minum dan air rumah tangga. Waduk selain sebagai sumber pengairan persawahan juga dimanfaatkan sebagi sumber penyediaan air baku untuk bahan baku air minum dan rumah tangga. Air yang dipakai harus memenuhi persyaratan sesuai dengan kegunaannya.
4) Pengendali Banjir
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penegndali banjir, yaitu berfungsi mengarahkan dan memperlambat arus, menampung, mengelola distribusi aliran sungai. Pengendalian diarahkan untuk mengatur debit air sungai di sebelah hilir Waduk.
2.2. Koefisien Peluruhan
 Umaly dan Cuvin (1988) menyatakan reaksi BOD akan sangat bervariasi tergantung pada laju reaksi, BOD5 biasanya menunjukkan 68% dari total BOD yang terurai. Variasi nilai K disebabkan bahan organik dan perbedaan ketersediaan dari bahan organik ini bagi mikroorganisme. Bahan organik yang dapat larut mungkin dengan mudah tersedia tetapi kebanyakan dalam bentuk koloid atau padatan yang harus dihidrolisa terlebih dahulu menjadi bentuk yang dapat larut. Air yang kaya glukosa akan memiliki nilai K yang tinggi karena dalam bentuk larutan dan dengan segera dapat digunakan oleh organisme. Sebaliknya material kompleks seperti lignin sangat sulit diuraikan oleh bakteri. Jika nilai BOD akhir dibandingkan dengan nilai kebutuhan oksigen secara teoritis selalu lebih rendah nilai BOS akhir (L) karena kenyataan bahwa sebagian bahan organik tidak terurai, contoh bahan organik yang resisten terhadap penguraian biologis yaitu lignin.
 Koefisien laju peluruhan bahan organi diperoleh melalui inkubasi botol BOD dengan metode BOD5. Sampel pada masing-masing strata diambil dengan botol DO, dilakukan pengenceran, diaerasi dan diberi nutrien lalu dimasukkan dalam botol BOD secara seri. DO inisial langsung ditentukan sedangkan botol BOD lainnya dibawa kelaboratorium diinkubasi selama beberapa hari untuk diukur konsentrasi oksigennya yaitu pada hari ke 2, 4, 6, 8, dan 10.




III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat       
 Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Maret 2019 pada pukul 08.00 – 10.00 WIB di Laboratorium Produktivitas Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru.
3.2. Alat dan Bahan
 Alat yang dipakai pada saat melakukan praktikum adalah botol gelap, botol terang, erlenmeyer,botol BOD, gelas ukur, jarum suntik, dan pipet tetes.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah air sampel, larutan MnSO4, Larutan NaOH-KI, Larutan H2SO4, larutan Nathiosulfat dan amilum.
3.3. Metode Praktikum
 Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah dengan menggunakan metode mengambil data langsung di lapangan, kemudian dianalisis di dalam laboratorium Produktivitas Perairan.
3.4. Prosedur Praktikum
 Air sampel diambil dengan menggunakan botol BOD jangan sampai bubling, kemudian di masukkan larutan MnSO4 1 ml dan NaOH-KI 1 ml. Botol tersebut di aduk seperti angka 8 hingga terbentuk endapan coklat. Selanjutnya dimasukkan H2SO4 sampai endapan hilang. Kemudian air sampel diambil 50 ml di masukkan kedalam erlenmeyer, dititrasi dengan Nathiosulfat hingga kuning pucat. Di teteskan 5 tetes amilum, lalu di tambah dengan Nathiosulfat hingga berubah warna menjadi bening. Cara kerja tersebut dilakukan pada botol terang yang dilakukan pada hari itu juga , sedangkan Botol gelap di inkubasi selama 2 hari, 4 hari, 6 hari, 8 hari dan 10 hari, kemudian botol tersebut diangkat untuk segera dianalisa dan dilakukan langkah yang sama seperti pada botol terang.
3.5. Analisis Data
 Konsentrasi Oksigen dihitung dengan rumus :
DO =
 Koefisien Peluruhan dihitung dengan rumus :
 









IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
 Hasil perhitungan terhadap nilai DO dan koefisien peluruhan maka diperoleh hasil :
No
Keterangan
Nilai
Satuan
DO
Koefisien peluruhan
1
t0
5,025
-
Mg/L
2
t2
4,16
6,30
Mg/L
3
t4
2,243
4,1
Mg/L
4
t6
1,44
3,72
Mg/L
5
t8
1,04
2,08
Mg/L
6
t10
4,198
0,408
Mg/L

4.2. Pembahasan
Grafik 1. Perubahan Koefisien Peluruhan
Berdasarkan grafik diatas pada hari pertama di peroleh nilai DO sebesar 5,025 mg/L. Untuk sampel yang lain diinkubasi selama 2 hari, 4 hari, 6 hari, 8 hari, dan 10 hari. Pada hari yang kedua di peroleh nilai DO nya sebesar 4,16 mg/L dengan koefisien peluruhannya sebesar 6,30 mg/L. Pada hari yang keempat di peroleh nilai DO nya sebesar 2,243 mg/L dengan koefisien peluruhannya sebesar 4,1 mg/L. Pada hari yang keenam di peroleh nilai DO nya sebesar 1,44 mg/L dengan koefisien peluruhannya sebesar 3,72 mg/L. Pada hari yang kedelapan di peroleh nilai DO nya sebesar 1,04 mg/L dengan koefisien peluruhannya sebesar 2,08 mg/L. Pada hari yang kedelapan di peroleh nilai DO nya sebesar 4,198 mg/L dengan koefisien peluruhannya sebesar 0,408 mg/L. Dilihat dari hasil pengamatan koefisien peluruhan dapat dikatakan semakin lama botol diinkubasi maka nilai koefisien peluruhannya akan semakin kecil, hal ini disebabkan karna jumlah oksigen dan bahan organik sudah semakin berkurang yang berperan sebagai faktor pembatas proses dekomposisi.




















V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
 Dilihat dari hasil pengamatan koefisien peluruhan dapat disimpulkan bahwa semakin lama botol diinkubasi maka nilai koefisien peluruhannya akan semakin kecil, hal ini disebabkan karna jumlah oksigen dan bahan organik sudah semakin berkurang yang berperan sebagai faktor pembatas proses dekomposisi.
5.2. Saran
 Demi kelancaran dari praktikum diharapkan para asisten untuk dapat mendampingi praktikan dalam melakukan praktikumnya supaya apabila terjadi kekeliruan langsung dapat dibantu oleh asisten tesebut. Dan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)  di era sekarang ini diharapkan sarana dan prasarana  yang mendukung kegiatan praktikum ini cukup memadai sehingga memudahkan dalam objek yang akan kita teliti.


 








 

                                              

DAFTAR PUSTAKA

Arfiati, D. 2001. Diktat Kuliah Limnologi. Kimia Air. Fakultas Perikanan.
            Universitas Brawijaya. Malang

Barus, T. A, 2003. Pengantar Limnologi. Jurusan Biologi FMIPA USU. Medan
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.
Gusriana. 2012. Sentra Edukasi Budidaya Ikan. Jilid I.
Kasry dan Adnan. 2012. Penuntun Pratikum Ekologi Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 51 hal.
Purwohadiyanto, Prapti S., Sri A. 2006. Pemupukan dan Kesuburan Perairan
            Budidaya. Universitas Brawijaya Fakultas Perikanan Jurusan Budidaya.
            Malang.
Robert. 2013. Studi Parameter Fisika Kimia Air pada Areal Budidaya Ikan di
Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa.
Sapari, Dono. 2017. Panduan Pengelolaan Air Budidaya Ikan. 16 hal.
Suriawiria, Unus. 2003. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Pen-
erbit Alumni. Bandung. 
Syukur, A., 2002. Kualitas Air dan Struktur Komunitas Phytoplankton di Waduk Uwai.
Tserezova. 2016. Dinamika perubahan Kualitas Air Terhadap Pertumbuhan ikan yang dipelihara di Kolam Tanah. 43 hal.
Umaly, R.C dan M.A.L.A Cuvin., 1991. Limnology. National Book Store Publisher. Manila.
Widjanarko., 2005. Tingkat Kesuburan Perairan. Kendari.