LAPORAN
PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN
TINGKAH
LAKU REPRODUKSI IKAN, SEKSUALITAS IKAN, DAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD
OLEH
:
ARISA TRINOVIRA BARUS
1604115508
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
LABORATORIUM BIOLOGI
PERAIRAN
FAKULTAS
PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKAN BARU
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada praktikan
sehingga dapat menyelesaikan laporan Praktikum “Tingkah Laku Reproduksi, Seksualitas Ikan, dan
Tingkat Kematangan Gonad” tepat waktunya.
Pada kesempatan ini praktikan juga tak lupa
mengucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing dan Asisten yang telah banyak
membantu praktikan, sehingga praktikan dapat mengatasi kesulitan baik pada saat
melaksanakan praktikum maupun dalam menyelesaikan laporan ini.
Praktikan
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
praktikan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar laporan
ini bisa lebih sempurna dan lebih bermanfaat bagi kita dimasa mendatang.
Pekanbaru, 16 Oktober 2017
Arisa Trinovira Barus
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................ iii
DAFTAR TABEL..................................................................................... iv
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2.
Tujuan dan
Manfaat...................................................................... 3
II.
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4
III. BAHAN
DAN METODE
3.1.
Waktu dan Tempat........................................................................ 7
3.2.
Bahan dan Alat............................................................................. 7
3.3.
Metode Praktikum........................................................................ 7
3.4.
Prosedur Praktikum....................................................................... 7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil................................................................................................. 9
4.2. Pembahasan..................................................................................... 12
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan..................................................................................... 15
5.2. Saran............................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 16
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar ikan Helostoma temincki........................................................... 9
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel pengukuran seksualitas ikan................................................... 10
2. Penampakan ciri seksual sekunder pada tubuh ikan tambakan........ 11
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ikan terdiri dari banyak sekali spesies di
dunia yang memiliki kekhasan tersendiri dan yang telah berhasil diidentifikasi
para ahli ikhtiologi di dunia ini ada sekitar 20.000 – 40.000 spesies. Bahkan ratusan spesies
diantaranya telah memiliki varietas atau strain yang mencapai ratusan varietas.
Terutama sekali dari spesies ikan yang telah berhasil dibudidayakan dan populer
di dunia sebagai ikan hias. Perkembangan jumlah strain dan varietas yang terus
meningkat ini terjadi karena adanya kemajuan di bidang teknologi dan ilmu
pengetahuan serta adanya kegiatan kontes ikan hias yang telah turut mendorong
pembreeder menciptakan strain baru untuk spesies-spesies ikan yang sudah
populer.
Studi mengenai
jenis kelamin dari suatu spesies yang memiliki banyak strain merupakan
suatu hal yang sangat menarik dan penting untuk dilakukan terutama bagi
orang-orang yang menekuni bidang budidaya perikanan dan melakukan penelitian di
bidang Biologi Perikanan. Hal ini karena setiap individu dari setiap spesies
ikan memiliki ciri – ciri khusus sebagai penentu apakah indi-vidu ikan itu
berjenis kelamin jantan atau betina. Penampakan ciri – ciri seksual ini pada
beberapa spesies ikan baru nyata terlihat apabila individu ikan mengalami
kematangan gonad (kelamin), akan tetapi pada beberapa spesies ikan lainnya ciri
– ciri seksual itu dapat terlihat dengan jelas walaupun individu ikan tersebut
belum matang gonad ataupun sudah selesai memijah karena dapat terlihat pada
ciri – ciri morfologi pada permukaan tubuhnya. Oleh karena itu sangat
diperlukan pengetahuan tentang tingkat kematangan gonad dari setiap individu
ikan sehingga membantu mereka yang berkecimpung di bidang budidaya perikanan
dan biologi perikanan untuk menghitung jumlah ikan dewasa yang siap
bereproduksi dan memijah, kapan mereka akan memijah dan bertelur serta kapan
dan berapa telur yang akan dibuahi dan menetas serta perbandingan antara ikan
yang belum matang gonad dengan yang sudah matang, ikan yang belum dewasa dengan
yang sudah dewasa dan ikan yang belum bereproduksi dengan yang sudah.
Perikanan merupakan suatu bidang ilmu
yang terus berubah dan berkembang. Sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu
yang berhubungan dengan penangkapan, pemeliharaan, dan pembudidayaan ikan, ilmu
perikanan sangat membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional, yakni
masyarakat maritim yang mandiri (Fujaya, 2004).
Secara Taksonomi, Ikan adalah makhluk
hidup bertulang belakang, bernafas dengan insang, berdarah dingin, suhu tubuh
sesuai dengan suhu lingkungan dan hidup di dalam air.
Pada banyak kasus reproduksi ikan,
sering ditemukan bahwa proses ovulasi ikan tidak dapat berlangsung, meskipun
proses vitellogenesis sudah sempurna. Keberhasilan proses ovulasi
ditentukan oleh mekanisme fisiologi, proses metabolisme dan kesesuaian dengan
faktor eksternal (kehadiran pejantan, substrat untuk pemijahan, rendahnya
ancaman predator dan sebagainya). Namun demikian informasi tentang peran
faktor eksternal dalam proses reproduksi masih sangat terbatas.
Perkembangan
gonad ikan di pengeruhi beberapa faltor diantaranya adalah kualitas dan
kuantitas makanan. Protein merupakan komponen esensial yang dibutuhkan untuk
bereproduksi. Selain protein asam lemak juga merupakan salah satu komponen yang
mempengaruhi perkembangan embrio pada ikan karena asam lemak merupakan penyusun
membrane sel dan sebagai precursor, selain dari segi sumber energi pakan harus
mengandung asam lemak jenuh.
Mahasiswa
perikanan harus dapat mengenali tingkat kematangan gonad setiap jenis ikan yang
populer di masyarakat sehingga dapat membantu jika ingin membudidayakannya.
Karena itulah praktikum tentang tingkat kematangan gonad sangat diperlukan
untuk memberikan latihan kepada mahasiswa.
1.2. Tujuan dan manfaat
Tujuan
praktikum ini adalah untuk mengenal ikan yang dewasa, siap bereproduksi dan
memijah serta tingkat kematangan setiap jenis ikan. Sedangkan manfaat praktikum adalah sebagai latihan
praktek bagi mahasiswa dalam membedakan jenis kelamin setiap ikan tertentu.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Propinsi Riau
merupakan salah satu propinsi yang memiliki wilayah daratan 94.561 km2 dan
3.241 pulau-pulau yang memiliki empat satuan wilayah sungai yaitu sungai Rokan,
siak, Kampar dan sungai Indragiri yang merupakan perairan yang potensial
untuk pembangunan usaha perikanan (YUNIARTI, 2000).
Luas perairan
umum Riau adalah 62.648,53 Ha, terdiri dari luas perairan umum Indragiri Hilir
2.600 Ha, luas perairan umum Indragiri hulu 33,164 Ha, luas perairan
umum kuansing singingi 23.086 ha, luas perairan umum Pekanbaru 85
Ha, luas perairan umum Siak 764 Ha, luas perairan umum Bengkalis 70 Ha, dan
luas perairan umum Kampar 2.795,99 Ha (Dinas Perikanan Dan Kelautan Propinsi
Riau, 2001).
Melakukan Suatu proses reproduksi
tentu dengan bertujuan untuk menghasilkan individu baru. Salah satu upaya agar
populasi ikan ini tidak punah, dilakukan kegiatan budidaya dan memberikan
gambaran tentang keadaan alami ikan budidaya. Keadaan alami tersebut
antara lain kondisi lingkungan ikan (habitat), kebiasaan makan (food habits),
dan reproduksi ikan (biologi reproduksi). (Mariatun, 2002).
Proses
perkawinan diawali dengan jantan yang membuat cekungan di dasar wadah
sebagai tempat permbuahan. Setelah itu, jantan mencari betina yang sudah siap
memijah. Ketika telah menemukan betina yang cocok maka jantan akan berenang
beriringan dengan betina dan jika ada nila jantan lain disekitarnya maka jantan
tersebut akan menyerang untuk mempertahankan betinanya. Setelah itu akan
terjadi proses matting (bercumbu) yang ditandai dengan ikan jantan mengejar
ikan betina. Setelah betina luluh proses spowning dimulai dengan betina akan
meletakan telur-telurnya pada cekungan yang telah dibuat tadi kemudian jantan
melepaskan sperma pada sel-sel telur tadi. Setelah terjadi pembuahan maka
jantan pergi dan betina memelihara telurnya dengan cara mememasukan kedalam
mulutnya sampai telur itu menetas menjadi larva. pada betina yagn sudah
berpengalaman biasanya akan tetap memelihara larvanya sampai benar – benar bisa
mandiri. Selama pemeliharaan dalam mulut ikan betina akan memuntahkan telur
dalam mulutnya jika dirasakan ada ancaman, kemudian jika ancaman itu telah
hilang maka betina akan memunguti telurnya kemudian memasukan dalam mulutnya
lagi (Kuncoro, 2003).
Sifat seksual
sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan
dan ikan betina. Satu spesies ikan yang mempunyai sifat morfologi yang dapat
dipakai untuk membedakan jantan dan betina dengan jelas, maka spesies itu
bersifat seksual dimorfisme.
Sifat seksual sekunder yang
bersifat permanent atau tetap, yaitu tanda ini tetap ada sebelum, selama dan
sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan hitam pada ekor ikan Amia calva
jantan, gonopodium pada Gambusia affinis, clasper pada golongan ikan Elasmobranchia,
warna yang lebih menyala pada ikan Lebistes, Beta dan ikan-ikan karang, ikan
Photocornycus yang berparasit pada ikan betinanya dan
sebagainya (Wahyuningsih dan ternala, 2006).
Jenis
kelamin suatu individu di tentuksan bersama oleh faktor genetis dan lingkungan.
Fator genetik yang menentukan jenis kelamin. Kromosom yang memegang peran utama
dalam menentukan jenis kelamin disebut kromosom seks atau gonosom. Yang tidak
menentukan jenis kelamin disebut kromosom biasa atau autosom (Mardiana,
2009).
Pada
mayoritas ikan, jantan dan betina merupakan individu yang terpisah, untuk
kemudian mereka harus bertemu atau bersamasama pada masa kawin (reproduksi).
Reproduksi seksual pada ikan dibedakan menjadi dua macam, yaitu reproduksi secara
internal dan reproduksi secara eksternal. Pada reproduksi seksual secara
internal, sperma individu jantan membuahi sel telur di dalam tubuh individu
betina. Sedangkan pada reproduksi secara eksternal. sperma dilepaskan ke
perairan bersamaan atau setelah betina melepaskan atau menempatkan
telur-telurnya (hutomo, et.al., 2001)
Tingkat
kematangan gonad (TKG) adalah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan
sesudah ikan memijah. Tingkat kematangan gonad untuk menentukan perbandingan
antara organisme yang telah matang gonad dengan yang belum matang, ukuran atau
umur organisme pada saat pertama kali matang gonad, untuk menentukan apakah
organisme tersebut sudah memijah atau belum, masa pemijahan, dan frekuensi
pemijahan. Effendie (1997) mengemukakan bahwa bagi ikan yang mempunyai musim
pemijahan sepanjang tahun, pada pengambilan contoh setiap saat akan didapatkan
komposisi tingkat kematangan gonad yang terdiri dari berbagai tingkat dengan
persentase yang tidak sama, dan tingkat kematangan yang tertinggi akan
didapatkan pada saat pemijahan akan tiba.
Sjafei et al.
(1991) menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi TKG di daerah subtropis
adalah suhu dan makanan. Pada suhu dibawah optimum maka proses pemijahan tidak
dapat berlangsung walaupun kedua induk telah matang gonad.
Eber dan Cowley (2009) menyatakan
bahwa TKG untuk ikan pari dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu ikan juvenile
(TKG I), ikan muda (TKG II) dan Dewasa (TKG III). Untuk ikan jantan, dianggap
juvenile (TKG I) apabila memiliki klasper yang pendek yaitu tidak melampaui
tepi posterior sirip dubur. Ikan muda (TKG II) adalah ikan yang panjang klasper
melampaui tepi posterior sirip dubur, tetapi tidak memiliki kalsifikasi dari
unsur-unsur tulang rawan terminal. Ikan dewasa (TKG III) ketika panjang klasper
mencapai 6-9 cm melampaui tepi posterior sirip dubur dan memiliki kalsifikasi
dari unsur-unsur tulang rawan terminal. Ikan betina dianggap juvenile (TKG I)
apabila kurang memiliki diferensiasi ovarium atau tidak terlihat jelas, dan
kelenjar oviducal tidak terlihat di dalam rahim. Ikan muda (TKG II) memiliki
telur yang lebih kecil dan terlihat jelas tetapi tidak memiliki oosit matang.
Kelenjar oviducal itu belum berkembang, uteri sempit dan terbatas. Ikan dewasa
(TKG III) yaitu terdapat oosit yang berwarna kuning, berdiameter 1,5 - 2,0 cm,
kelenjar oviducal yang terlihat jelas, ataukah sudah terdapat embrio yang
berkembang di dalam rahim .
Effendie (1997)
mengemukakan bahwa indeks kematangan gonad (IKG) adalah suatu nilai dalam
persen yang merupakan nilai dari perbandingan antara bobot gonad dan bobot ikan
dikalikan 100% yang diperlukan sebagai salah satu pengukuran aktifitas yang
terjadi di dalam gonad. Selanjutnya dikatakan bahwa bobot gonad akan mencapai
maksimum sesaat sebelum ikan memijah kemudian bobot gonad akan menurun dengan
cepat selama pemijahan sedang berlangsung sampai selesai. Indeks
Kematangan Gonad ikan betina lebih tinggi dari ikan jantan pada TKG yang sama,
disebabkan karena IKG sangat dipengaruhi oleh bobot gonad dan bobot tubuh.
Gonad yang berisih telur (betina) lebih berat dibandingkan gonad yang berisih
sperma (jantan), sehingga IKG ikan betina lebih tinggi dibanding ikan jantan
(Galib, 2002).
III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai “Tingkah Laku Reproduksi, Seksualitas Ikan, dan Tingkat
Kematangan Gonad” dilaksanakan
pada hari Senin,
9 Oktober 2017 pada pukul 08.00 – 10.00 WIB. Praktikum dilakukan di
Laboratorium Biologi Perairan, Fakultas
Perikanan dan Kelautan, Universitas
Riau, Pekanbaru.
3.2. Alat dan Bahan
Alat
yang dipakai pada saat melakukan praktikum adalah nampan sebagai tempat meletakkan
sampel, penggaris untuk mengukur morfometrik sampel, pena, pensil untuk alat
menggambar objek yang dipraktikumkan
pada laporan sementara, gunting bedah, serta tisu gulung dan serbet. Sedangkan
bahan yang digunakan sebagai objek praktikum adalah jenis ikan air laut dan tawar
salah satunya adalah
ikan tambakan (Helostoma temmincki). Ikan-ikan
pada objek praktikum disediakan dari laboratorium Biologi Perairan.
3.3. Metode Praktikum
Dalam melakukan praktikum, metode
yang digunakan adalah menggunakan metode pengamatan secara langsung terhadap
objek yang dipraktikumkan, artinya pengamatan dilakukan terhadap ikan itu
secara langsung. selain itu praktikum ini berpedoman pada buku penuntun
praktikum Biologi Perikanan.
3.4. Prosedur Praktikum
- Prosedur praktikum seksualitas ikan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1) Mengukur panjang total (TL), panjang baku (SL),
panjang fork (FL), BdH, dan HdL serta menggambarkan setiap individu ikan yang
diamati. Identifikasi dan timbang setiap ikan objek yang dipraktekkan.
2) Pisahkan menurut jenis kelamin berdasarkan ciri
seksual sekunder.
3) Bedah perut ikan dengan alat bedah secara abdominal,
amati menurut ciri seksual primer.
4) Amati organ reproduksi apakah berbentuk testes atau
ovari.
5) Hal yang perlu diamati untuk testes/ovari adalah
bentuk testes/ovari, ukuran testes/ovari (panjang), perbandingan panjang
testes/ovari dengan panjang rongga tubuh, dan warna testes/ovari.
6) Setelah dibedah kemudian tentukan tahap-tahap
perkembangan gonad menurut Nikolski dan Kesteven.
7) Hitung IKG ikan.
- Adapun prosedur praktikum kematangan gonad ini
adalah :
1. Gambar dan tulis klasifikasi ikan.
2. Timbang berat ikan.
3. Ukur morfometrik ikan ( Hdl, Bdh, TL, FL, SL).
4. Amati ciri-ciri seksualnya, kemudian tentukan jenis
kelaminnya. Untuk memastikan jenis kelamin, bedah ikan dan keluarkan gonadnya.
Kemudian tentukan jenis kelamin dari ikan tersebut serta gambarkan bentuk dari
jenis kelamin tersebut (ovari dan testes).
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
|
Dan
dari hasil pengamatan juga dapat di klasifikasikan bahwa ikan yang diamati
adalah ikan tambakan (Helostoma temmincki),
berikut klasifikasinya :
kingdom
: Animalia
filum
: Chordata
kelas
:
Osteichthyes
ordo
:
Anabantoidea
famili
:
Helostomatidae
genus
: Helostoma
spesies
: Helostoma
teminckii
Setelah
dilakukan pengukuran dan pengamatan pada tubuh ikan maka diperoleh hasil
sebagai berikut :
1.
Tabel pengukuran
dan Seksualitas Ikan
No
|
BT
(gr)
|
TL
(mm)
|
SL
(mm)
|
BDH
(mm)
|
HDL
(mm)
|
JK
|
TKG
|
BG
(gr)
|
IKG
(%)
|
1
|
100
|
180
|
140
|
50
|
65
|
J
|
II
|
0.66
|
0.66
|
2
|
90
|
160
|
125
|
60
|
65
|
B
|
III
|
1.51
|
1.67
|
3
|
100
|
165
|
130
|
60
|
65
|
B
|
III
|
1.79
|
1.79
|
4
|
105
|
180
|
140
|
70
|
40
|
B
|
V
|
2.55
|
2.42
|
5
|
90
|
170
|
130
|
70
|
45
|
B
|
V
|
1.09
|
1.21
|
6
|
90
|
175
|
130
|
65
|
45
|
B
|
II
|
1.25
|
1.38
|
7
|
100
|
160
|
125
|
65
|
40
|
B
|
V
|
1.66
|
1.66
|
8
|
100
|
170
|
130
|
70
|
45
|
B
|
III
|
1.43
|
1.43
|
9
|
65
|
150
|
115
|
60
|
35
|
B
|
IV
|
4.65
|
7.15
|
10
|
105
|
172
|
138
|
50
|
40
|
B
|
IV
|
3.25
|
3.09
|
11
|
105
|
165
|
128
|
45
|
40
|
B
|
V
|
1.23
|
1.17
|
12
|
100
|
165
|
130
|
46
|
40
|
B
|
IV
|
12.51
|
12.51
|
13
|
105
|
170
|
130
|
70
|
45
|
B
|
V
|
2.60
|
2.47
|
14
|
100
|
175
|
140
|
60
|
45
|
J
|
IV
|
1.44
|
1.44
|
15
|
140
|
180
|
140
|
70
|
50
|
B
|
V
|
4.03
|
2.87
|
16
|
85
|
165
|
130
|
64
|
40
|
B
|
III
|
2.24
|
2.63
|
17
|
100
|
173
|
137
|
65
|
45
|
B
|
IV
|
9.27
|
9.27
|
18
|
90
|
162
|
125
|
65
|
41
|
J
|
V
|
0.67
|
0.74
|
19
|
110
|
170
|
130
|
60
|
45
|
B
|
V
|
1.51
|
1.37
|
20
|
90
|
160
|
130
|
60
|
40
|
B
|
V
|
2.34
|
2.60
|
21
|
90
|
160
|
125
|
55
|
40
|
B
|
V
|
1.45
|
1.61
|
22
|
90
|
165
|
125
|
65
|
45
|
B
|
V
|
1.04
|
1.15
|
23
|
95
|
170
|
135
|
55
|
40
|
B
|
IV
|
10.82
|
11.38
|
24
|
115
|
185
|
150
|
70
|
50
|
B
|
V
|
1.98
|
1.72
|
25
|
105
|
175
|
140
|
70
|
45
|
B
|
V
|
1.40
|
1.33
|
2.
Penampakan Ciri Seksual Sekunder pada Ikan
Tambakan
No
|
Bentuk dan Ukuran
|
Jantan
|
Betina
|
1
|
Ukuran tubuh
|
Kecil
|
Lebih besar
|
2
|
Bentuk tengkuk kepala
|
Datar
|
Ada lekukan
|
3
|
Halus kasarnya permukaan kepala
|
kasar
|
halus
|
4
|
Bentuk ujung sirip punggung
|
Runcing, tajam, keras
|
Lebih runcing dan tajam
|
5
|
Bentuk abdominal
|
-
|
-
|
6
|
Bentuk papila genital
|
bulat
|
Bulat lonjong
|
7
|
jumlah lubang genital
|
1
|
2
|
8
|
Bentuk lubang genital
|
bulat
|
Bulat lonjong
|
9
|
Bentuk salah satu jari sirip anal
|
Lemah mengeras
|
Lemah mengeras
|
10
|
Bentuk salah satu jari sirip perut sebelah kiri
|
Lemah
|
lemah
|
No
|
Warna
|
Jantan
|
Betina
|
1
|
Warna pada badan
|
Gelap
|
Terang
|
2
|
Warna pada sirip punggung dan ekor
|
Hitam gelap
|
Hitam terang
|
3
|
Garis-garis warna pada sirip ekor dan tubuh
|
Hitam tebal
|
Hitam tipis
|
4
|
Warna noktah pada batang ekor
|
Gelap
|
Terang
|
5
|
Warna pada sirip dada dan sirip perut
|
Gelap
|
Terang
|
4.2.
Pembahasan
4.2.1. Tingkat Kematangan Gonad
Hal ini sesuai
dengan pendapat Effendi (1997), yang mengatakan bahwa penentuan jenis
kelamin setelah dilakukan pengukuran panjang berat, kemudian ikan dibedah dan
dikeluarkan gonadnya untuk mengetahui jenis kelamin ikan tersebut. Penentuan
jenis kelamin ikan tambakan dengan memperlihatkan ciri seksual primer dengan
membedah tubuh ikan tersebut. Alat kelamin yang terdapat pada individu ikan
disebut gonad. Akan tetapi jika gonad itu terdapat dalam rongga tubuh ikan
jantan disebut testes, sedangkan gonad yang terdapat dalam rongga tubuh ikan
betina disebut ovary. Gonad memiliki pembuluh darah yang berfungsi sebagai
supply (penyedia) nutrisi. Testes pada ikan terdapat dalam rongga tubuh,
bentuknya sangat tergantung pada rongga tubuh yang tersedia tetapi umumnya berbentuk
panjang, jumlahnya sepasang dan tergantung di sepanjang mesenteries pada rongga
atas bagian tubuh. Posisinya persis di bawah tulang punggung di samping
gelembung udara. Warna bervariasi mulai dari transparan sampai putih susu.
Ovari pada ikan terdapat dalam tubuh, bentuknya juga tergantung pada rongga
tubuh. Namun umumnya memanjang, jumlahnya sepasang dan menggantung kepada
mesenteries (mesovaria). Posisinya persis di bawah tulang punggung dan ginjal
serta di samping gelembung udara. Warnanya bervariasi mulai dari transparan
sampai kuning emas dan keabu-abuan.
Kottelat et.al.,(1993)
menyatakan bahwa ikan Tambakan memiliki ciri-ciri bentuk tubuh pipih lebar,
dimana tinggi badan lebih ½ kali dari panjang tubuhnya, sirip punggung
panjangnya terdiri 12-13 jari-jari keras dan tajam 11-13 jari-jari lemah, sirip
dubur 9-11 jari-jari keras dan 9-21 jari-jari lemah, sirip perut 1
jari-jari keras dan 2 diantaranya jari-jari lemahnya memanjang seperti benang
yang berfungsi sebagai alat peraba, sirip dada 2 jari-jari keras yang kecil dan
13-14 jari-jari lemah. Gurat sisi sempurna mulai kepala hingga ekor yang
terdiri dari 30-33 keping sisik.
Pengamatan
ciri seksual primer pada setiap individu ikan dilakukan melalui cara membedah
tubuh bagian abdominal ikan dan mengamati gonad yang dimiliki yaitu testes jika
jantan dan ovari jika betina. Namun jika ikan masih hidup, untuk melihat
gonadnya dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan gamet dengan menstripping
induk yang sudah matang gonad atau mengisap gonad dengan bantuan kateter canula
(selang halus).
Sedangkan
menurut Pulungan (2006), perbedaan ikan jantan dan ikan betina dapat dilihat
dari gonad yang dimiliki dengan cara membedah tubuh ikan (seksual primer) serta
bentuk warna dan organ lengkap (seksual sekunder) untuk membedakan ikan jan-tan
dan ikan betina dapat juga dilihat dari bentuk kepala, bentuk tengkorak, sirip
punggung, sirip dada, sirip ekor, sirip anus serta ukuran lubang pada kelamin.
Warna
ovari pada ikan betina sampel adalah kuning emas yang menunjukkan bahwa ovari
sudah matang dan siap dibuahi. Jumlah ovari ada sepasang dan memiliki saluran
kecil yang disebut oviductus. Testes pada ikan jantan sampel berwarna putih
susu. Jumlah testes sepasang dan memiliki saluran yang disebut ductus. Gonad
baik testes maupun ovari mempunyai saluran agak pendek dan bersatu dengan
vesica urinaria, membentuk sinus urogenitalis yang berlanjut sebagai saluran
yang bermuara sebagai porus urogenitalis.
Untuk
membedakan antara ikan jantan dan ikan betina selain berdasarkan ciri seksual
primer juga dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap ciri seksual sekunder
ikan tersebut. Untuk membedakan ikan tambakan jantan dan betina berdasarkan
ciri seksual sekunder yaitu: 1) Halus kasarnya permukaan kepala, jika kasar
adalah ikan jantan sedangkan ikan betina memiliki permukaan kepala yang halus,
2) Bentuk permukaan perut ikan, pada ikan jantan permukaan perutnya agak
ramping sedangkan ikan betina memiliki permukaan perut agak gemuk karena
mengandung telur dalam ovari. Ciri spesies ditandai dengan adanya organ yang
secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri spesies ikan
tambakan jantan adalah bentuk badan tidak terlalu melengkung, bentuk kepala
lebih merata, ukuran kepala lancip, dasar sirip dada lebih keras, letak sirip perut
lebih panjang, bentuk lubang genital bulat (tumpul). Sedangkan ciri spesies
ikan tambakan betina adalah badan melengkung, perut membujur dan mendatar
sampai ke anus, bentuk kepala lebih besar dan dasar sirip dada lunak, bentuk
sirip perut lebih pendek dan bentuk lubang genital menonjol (agak lancip).
Pengamatan
tentang tahap-tahap kematangan gonad ikan dapat dilakukan secara morfologi dan
histologi. Tahap kematangan gonad yang umum digunakan oleh peneliti adalah
pentahapan yang dilakukan oleh Kesteven yang membagi menjadi 9 tahap yaitu : I)
dara, II) dara berkembang, III) perkembangan I, IV) perkembangan II, V)
bunting, VI) mijah, VII) mijah/salin, VIII) salin/spent, IX) pulih salin.
Sedangkan Nikolsky membagi menjadi 7 tahap yaitu: I) tidak masak, II) tahap
istirahat, III) hampir masak, IV) masak, V) reproduksi, VI) kondisi salin, VII)
tahap istirahat.
4.2.2. Seksualitas Ikan
Seperti yang telah dikemukakan, Saanin (1984) telah
mengklasifikasikan ikan Tambakan ke dalam kelas Pisces, famili
Anabantidae, genus Helostoma dan spesies Helostoma temmincki.
Dari ke-25 ekor ikan Tambakan (Helostoma temmincki) yang
dipraktikumkan. Di dapatkan 6 ekor berjenis kelamin betina
dan 19 ekor berjenis kelamin jantan. Data tersebut diperoleh dengan
mengamati masing masing individu, baik melalui penampakan ciri seksual primer
ataupun ciri seksual sekunder.
Penampakan
ciri ciri seksual sekunder dilakukan dengan dua cara, yaitu seksual dimorphisme
dan seksual dichromatisme.
Sifat
seksual sekunder ialah tanda tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan
jantan dan betina. Apabila satu spesies ikan mempunyai sifat morfologi yang
dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina, maka spesies itu memilki
seksual dimorphisme. Apabila yang menjadi tanda itu warna, maka ikan itu mempunyai
sifat seksual dikromatisme. Pada ikan jantan mempunyai warna lebih cerah dan
lebih menarik dari pada ikan betina (Effendi, 2002)
Biasanya tanda seksual sekunder itu terdapat positif pada ikan jantan saja.
Apabila ikan jantan tadi dikastrasi (testisnya dihilangkan), bagian yang
menjadi tanda seksual sekunder tadi menghilang, tetapi pada ikan betina tidak
menunjukkan sesuatu (Effendie, 2002).
Demikian
juga menurut Tim Iktiologi (1989), bahwa warna pada ikan sering merupakan
cirri pengenalan seksual. Secara umum dapata dikatakan bahwa ikan jantan
mempunyai warna yang cemerlang dari pada ikan betina.
Sedangkan
untuk penampakan seksual primer kita melakukan pengamatan dengan melakukan
striping dan membedah bagian abdominal tubuh ikan yang diamati.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah ilakukan didalam makalah tentang seksualitas
ikan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Seksualitas hewan terdiri dari dua jenis
kelamin yaitu jantan dan betina.
2. Ikan jantan adalah ikan yang
mempunyai organ penghasil sperma dan ikan betina ialah ikan mempunyai organ
penghasil telur
3. Sifat seksual primer pada ikan
ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses
reproduksi, yakni ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina dan testes dengan
pembuluhnya pada ikan jantan.
4. Sifat seksual sekunder pada ikan
ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan
betina
Dari hasil pengamatan selama praktikum tingkat
kematangan gonad dan seksualitas ikan didapatkan bahwa ikan Tambakan
(Helostoma temmincki). Ciri ikan tambakan jantan adalah bentuk badan
tidak terlalu melengkung, bentuk kepala lebih meruncing, ukuran kepala
lancip, dasar sirip dada lebih keras, letak sirip perut lebih panjang, bentuk
lubang genital bulat (tumpul). Sedangkan ciri ikan tambakan betina adalah badan
melengkung, perut membujur dan mendatar sampai ke anus, bentuk kepala lebih
besar dan dasar sirip dada lunak, bentuk sirip perut lebih pendek dan bentuk
lubang genital menonjol (agak lancip). Data morfometrik antara ikan jantan dan
betina cukup bervariasi sesuai jenis kelaminnya.
Sedangkat dari hasil
praktikum seksualitas ikan, kita dapat mengetahui jenis kelamin ikan
ikan tersebut dengan menggunakan penampakan penampakan yang ada. Penampakan
ciri seksual sekunder dinilai lebih baik karena kita tidak perlu melakukan
pembedahan ataupun melakukan hal yang macam macam kepada individu ikan yang
diamati. Tetapi bukan berarti ciri seksual primer tidak begitu baik, karena
dengan cara inilah data yang diperoleh lebih akurat.
5.2. Saran
Sebagai salah satu
praktikan saya menyadari bahwa melakukan pengamatan secara sekunder itu lebih
sulit, karena ciri ciri yang ditampakan itu malah membingungkan untuk
mengetahui jenis kelamin ikan itu sendiri. Tetapi sebagai seorang mahasiswa,
kita harus mampu melakukannya. Cobalah diteliti baik baik dengan
mengidentifikasi setiap inchi ikan tersebut. Walaupun pada akhirnya kita akan
membedahnya untuk membuktikan pengamatan kita. Dan semoga dikemudian hari
praktikuma akan berjalan dengan lebih baik.
LAMPIRAN